Pertapaan

Sebelum seseorang beroleh selamat, secara alamiah dan dengan spontan ia mempunyai suatu konsepsi; walaupun ia masih berkecimpung dalam dosa, ia mempunyai suatu standar, yakni ada sejenis kehidupan yang ia anggap suci. Ada satu perkara yang sangat ganjil, yaitu di antara orang-orang kafir, yang walaupun kehidupannya penuh dengan dosa dan hawa nafsu, namun mereka mempunyai satu angan-angan untuk memiliki suatu kehidupan yang suci. Mereka mengira jika pada suatu hari mereka dapat mencapai standar itu, maka mereka akan menjadi manusia yang suci, baik, dan luhur.

Apa sebenarnya tujuan pertapaan? Bagi kebanyakan orang, pertapaan berarti menahan diri dalam menggunakan benda-benda materi, atau semakin mengurangi kenikmatan atas benda-benda materi. Sebab mereka khawatir kalau-kalau benda-benda materi itu akan memenuhi hawa nafsu dalam batin mereka. Mereka yang melakukan pertapaan mengakui bahwa berbagai hawa nafsu terkandung dalam batin manusia, termasuk nafsu makan hingga nafsu seksual. Mereka beranggapan kalau seseorang ingin menjadi orang suci, ia harus dapat menaklukkan semuanya itu. Jadi, dari aspek luar, pertapaan berarti meremehkan benda-benda materi, sedang dari aspek dalam, pertapaan berarti menekan hawa nafsunya sendiri. Mereka berharap agar bisa tidak memberikan kesempatan kepada hawa nafsu, sehingga dapat menjadi orang suci.

Akan tetapi, kita harus nampak, orang Kristen dari awal hingga akhir sama sekali tidak menganjurkan pertapaan. Jika orang Kristen juga menganjurkan pertapaan, itu adalah sangat dangkal. Buku ini menjawab pertanyaan-pertanyaan antara lain:

  1. Konsep apa yang melatarbelakangi munculnya ajaran pertapaan?
  2. Mengapa Alkitab menentang ajaran dan praktek pertapaan?
  3. Apa bedanya prinsip pertapaan dengan prinsip pekerjaan salib Kristus?

Additional information

Weight 25 g
Dimensions 12.5 × 17.5 cm